Ketika orang mulai membuat blog
ketika usianya masih remaja, saya baru memulainya sekarang. Sebenarnya sudah
lama ingin membuat blog sekedar menceritakan kegalauan atau berbagi informasi.
Teman-temanpun sudah banyak menyarankan.
Tapi karena saya suka menunda-nunda
membuatnya, maka sekarang baru bisa punya blog.
Ok, cukup kata pengantarnya.
Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak bercinta
dan seterusnya. Alangkah baiknya bila saya memperkenalkan blog ini. Nama blog
ini terambil dari nama saya, Rafa Maharaja. Ups, sebentar! Bagi anda yang mengenal saya, jangan protes. Itu
memang bukan nama asli. Orang dulu menyebut nama pena atau nama keren dalam bahasa anak sekarang.
Orang tua saya memberi nama
Rahmat Fajri. Secara bahasa berarti
rahmat di waktu fajar. Secara istilah (versi saya) berarti putra sang
fajar (Ingin dimirip-miripkan dengan Bung Karno yang berjuluk Putra Sang
Fajar). Tidak salah lagi, saya lahir ketika rona merah menyembul di balik gunung Marapi, ketika embun menyapu
kaki gunung Singgalang dan sayup-sayup suara azan Subuh bersahutan di kota Bukittinggi. Ketika itu
seorang bayi mungil yang telah lama di nanti terlahir ke dunia. Ibarat gubahan
syair Minang:
Kok lahia anak laki-laki
Ka jadi kinantan gombak
Putiah cotok putiah ranggah
Ikua malepai ka langik biru
Kukuak nan bagai sanggonani
Tentu anda bisa
menerka-nerka apa maksud dari Syair itu
walaupun tak bisa berbahasa Minang yang baik dan Benar. inti dari syair itu adalah harapan atas
kelahiran anak laki-laki yang di
ibaratkan dengan ayam kinantan.
ini ayam ya. tapi bukan ayam kinantan
Ok, cukup bernarsis ria tentang
betapa berharganya seorang Rafa dan bergembiranya keluarganya menyambut kelahirannya. Kita
lanjut kenapa saya menggunakan nama Rafa
Maharaja. Rafa sendiri adalah kependekan
dari nama saya yang mengambil dua huruf
awal dari my first name and last name.
Sehingga bila dikombinasikan menjadi RaFa.
Sedangkan Maharaja bukan
bermaksud gagah-gagahan seperti panggilan hormat pada Raja atau bangsawan. Maharaja terambil dari kata “Maharajo” dalam
bahasa Minang. Maharajo sendiri cukup istimewa
buat saya karena merupakan gelar
datuak (penghulu/ pemimpin suku) dalam keluarga besar saya. Sama seperti di Batak
yang terdiri atas berbagai klan berdasarkan kesamaan turunan yang disebut marga. Di Minangkabau disebut suku dengan mengambil
garis keturunan dari ibu/matrilineal.
Setiap suku dikepalai oleh seorang pemimpin yang diberi gelar datuak. Gelar itu berbeda setiap suku seperti datuak Bandaro
, Datuak Tan Ameh, Datuak Parpatiah dan
banyak lagi.
Khusus untuk suku saya, gelar
datuak yang dipakai adalah datuak Maharajo. Terinspirasi dari gelar pusaka suku, saya menggunakan nama Maharaja sebagai second name sebagai identitas
dari klan “maharaja”.
saya dengan baju minang
Dah tau kan kenape saya buat
nama macam tu. Tak da lah niat sombong. Nama aje! Eh, nape ni jadi becakap
macam orang Malaysia? Tidak perlu heran karena blog ini akan jadai seperti
gado-gado. Tak ada tema khusus. Akan banyak konten dari topic serius
seperti opini di bidang hukum dan
politik, sejarah dan budaya, sampai topic santai seperti jalan-jalay coy (berisi cerita
jalan-jalan saya ke sejumlah daerah), story of my pets ( cerita tentang kucing
dan burung saya. Burung ya, burung hidup! Jangan ngeres. Ini bukan blog mesum!), dan tinjuan
diary (kisah-kisah terpilih dari diary
yang ditulis tangan sejak tahun 1999.
Wow!!!)
Tak perlu repot membedakan mana
yang tulisan/artikel formal atau tulisan
nonformal. Untuk tulisan yang serius, saya akan memakai bahasa formal dan
menggunakan kata ganti “saya” Sedangkan
untuk cerita-cerita santai, alay dan terkadang penuh kegalauan saya akan
menggunakan bahasa gaul dan kata ganti “Gue”.
Ok, cukup sekian perkenalannya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar