Bila
India punya Taj Mahal sebagai perlambang cinta
Syah Jehan pada permaisurinya, Mumtaz Mahal, maka Indonesia juga punya
monumen cinta antara dua anak cucu Adam (kayak judul sinetron J)
Bedanya, monumen cinta bukan buatan manusia tetapi berupa sebuah pulau kecil.
Adalah Sultan Mahmud Syah III (1760-1812) yang menghadiahkan pulau Penyengat
Indrasakti pada permaisurinya, Raja Hamidah, yang kemudian bergelar Engku
Puteri sebagai hadiah pernikahan.
Pada awalnya ada cerita unik, kenapa pulau itu diberi nama Pulau Penyengat. Alkisah, pulau yang berhadapan dengan kuala Sungai Riau itu selalu dijadikan tempat pemberhentian oleh pelaut, terutama untuk mengambil air tawar. Suatu ketika ketika seorang pelaut mengambil air, dia disengat oleh sejenis lebah sampai meninggal. Lebah itu kemudian dianggap sakti oleh para pelaut sehingga pulau itu diberinama Pulau Penyengat Inderasakti.
Dalam perkembangan berikutnya, pulau tersebut menjadi pusat kerajaan melayu Riau dan menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh. Adalah Yang Dipertuan Muda Riau IV atau yang masyur bergelar Raja Haji Fisabililah Marhum Mangkat Ketapang yang menjadikan Pulau Penyengat sebagai kubu pertahanan melawan Belanda
Begitu tiba di dermaga pulau penyengat kita akan disambut oleh masjid Sultan Riau, yang konon kabarnya tidak memakai semen tapi batu-batunya direkatkan dengan putih telur. Atap masjid itu berjumlah 13 buah dengan empat menara yang bila dijumlahkan melmbangkan 17 rakaat sholat sehari semalam. Di dalamnya, masih terdapat salah satu alqur’an tertua yang ditulis tangan yang merupakan peninggalan kesultanan Riau.
Pada awalnya ada cerita unik, kenapa pulau itu diberi nama Pulau Penyengat. Alkisah, pulau yang berhadapan dengan kuala Sungai Riau itu selalu dijadikan tempat pemberhentian oleh pelaut, terutama untuk mengambil air tawar. Suatu ketika ketika seorang pelaut mengambil air, dia disengat oleh sejenis lebah sampai meninggal. Lebah itu kemudian dianggap sakti oleh para pelaut sehingga pulau itu diberinama Pulau Penyengat Inderasakti.
Dalam perkembangan berikutnya, pulau tersebut menjadi pusat kerajaan melayu Riau dan menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh. Adalah Yang Dipertuan Muda Riau IV atau yang masyur bergelar Raja Haji Fisabililah Marhum Mangkat Ketapang yang menjadikan Pulau Penyengat sebagai kubu pertahanan melawan Belanda
Begitu tiba di dermaga pulau penyengat kita akan disambut oleh masjid Sultan Riau, yang konon kabarnya tidak memakai semen tapi batu-batunya direkatkan dengan putih telur. Atap masjid itu berjumlah 13 buah dengan empat menara yang bila dijumlahkan melmbangkan 17 rakaat sholat sehari semalam. Di dalamnya, masih terdapat salah satu alqur’an tertua yang ditulis tangan yang merupakan peninggalan kesultanan Riau.
Begitu
bentornya jalan, gw baru tau kenapa gak ada angkot disini. Jalannya kecil
banget. Suasananya tenang dan banyak pepohonan. Tempat ini cocok untuk
memenangkan diri. Tujuan pertama kami adalah
mengunjungi kuburan Raja Ali Haji. Beliau adalah pahlawan nasional dan dikenal sebagai bapak bahasa
Indonesia/melayu. Karyanya yang monumental adalah gurindam dua belas yang
berisi 12 untaian pesan moral.
Makam
beliau terletak di satu kompleks dengan makam raja, permaisuri dan bebrapa
pejabat kerajaan lainnya. Memasuki makam, di dinding bangunan bagian dalam kita
dapat membaca isi dari gurindam dua
belas tersebut.
Puas
membaca gurindam dan tak lupa mengirimkan alfatihah untuk mereka yang dikubur
disana, gue dibawa ke kuburan berikutnya. Di Pulau penyengat terkenal dengan banyak kuburan para raja dan
pembesar Riau di masa lalu. Jadi, wisatanya merupakan wisata sejarah.
Salah
satu makam yang kami kunjungi adalah makam pahlawan nasional yang lain yang
juga Raja melayu riau. Namanya Raja Haji
Fisabililah. Beliau adalah pahlawan dalam perang laut melawan Belanda.
enurut
cerita yang gue dengar, mitosnya kuburan Raja haji Fisabililah itu keramat. Suasana makamnya agak mistis dan
terasa aura lain. Gue sih gak percaya begituan. Itu syirik namanya. Orang yang
sudah meninggal tidak bisa memberikan syafaat, berkat atau semacamnya. Justru,
mereka meminta doa dari orang yang masih hidup seperti kita.
Setelah
dari makam kita melewati istana kantor. Tempat itu dulunya adalah tempat kerjanya raja Ali Haji. Sayangnya
tempat itu tidak buka. Dari luar gue
lihat tempatnya kurang terawat. Puas
berkeliling di tengah pulau,
bentor membawa kami ke pesisir pantai. Di sana terdapat Balai Adat Melayu Riau
Bentuknya
seperti rumah panggung. Di dalamnya ruangan lepas yang disangga
tiang-tiang. Terdapat tiga pelaminan
di ujung ruangan. Biasanya digunakan
orang Pulau Penyengat yang meyelenggarakan pesta pernikahan. Di dinding sisi kiri dan kanan ruangan terpajang
foto-foto raja melayu riau beserta dengan tahun pemerintahan
Sebelum mengunjungi
masjid Sultan Riau, lebih
baik mengisi perut dulu. Bapak tukang
bentor merekomendasikan tempat makan
enak. Gue lupa namanya tapi lokasinya tak jauh dari Balai Adat. Di lokasi itu
kita bisa melihat reruntuhan istana Raja Melayu Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar