Pengikut

Jumat, 23 Mei 2014

“PUSING-PUSING” DI PULAU PENYENGAT

Bila India punya Taj Mahal sebagai perlambang cinta  Syah Jehan pada permaisurinya, Mumtaz Mahal, maka Indonesia juga punya monumen cinta antara dua anak cucu Adam (kayak judul sinetron J) Bedanya, monumen cinta bukan buatan manusia tetapi berupa sebuah pulau kecil. Adalah Sultan Mahmud Syah III (1760-1812) yang menghadiahkan pulau Penyengat Indrasakti pada permaisurinya, Raja Hamidah, yang kemudian bergelar Engku Puteri sebagai hadiah pernikahan. 
Pada awalnya ada cerita unik, kenapa pulau itu diberi nama Pulau Penyengat. Alkisah, pulau yang berhadapan dengan kuala Sungai Riau itu selalu dijadikan  tempat pemberhentian oleh pelaut, terutama untuk mengambil air tawar. Suatu ketika ketika seorang pelaut mengambil air, dia disengat oleh sejenis lebah sampai meninggal. Lebah itu kemudian dianggap sakti oleh para pelaut sehingga pulau itu diberinama Pulau Penyengat Inderasakti. 
Dalam perkembangan berikutnya, pulau tersebut menjadi pusat kerajaan melayu Riau dan menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh. Adalah Yang Dipertuan Muda Riau IV atau yang masyur  bergelar Raja Haji Fisabililah Marhum Mangkat Ketapang yang menjadikan Pulau Penyengat sebagai kubu pertahanan melawan Belanda
Begitu tiba di dermaga pulau penyengat kita akan disambut oleh masjid Sultan Riau, yang konon kabarnya tidak memakai semen tapi batu-batunya direkatkan dengan putih telur. Atap masjid itu berjumlah 13 buah  dengan empat menara yang bila dijumlahkan melmbangkan 17 rakaat sholat sehari semalam. Di dalamnya, masih terdapat salah satu alqur’an tertua yang ditulis tangan yang merupakan peninggalan kesultanan Riau.


Begitu bentornya jalan, gw baru tau kenapa gak ada angkot disini. Jalannya kecil banget. Suasananya tenang dan banyak pepohonan. Tempat ini cocok untuk memenangkan diri. Tujuan pertama kami adalah  mengunjungi kuburan Raja Ali Haji. Beliau adalah pahlawan nasional  dan dikenal sebagai bapak bahasa Indonesia/melayu. Karyanya yang monumental adalah gurindam dua belas yang berisi 12 untaian pesan moral.


Makam beliau terletak di satu kompleks dengan makam raja, permaisuri dan bebrapa pejabat kerajaan lainnya. Memasuki makam, di dinding bangunan bagian dalam kita dapat membaca  isi dari gurindam dua belas tersebut.
Puas membaca gurindam dan tak lupa mengirimkan alfatihah untuk mereka yang dikubur disana, gue dibawa ke kuburan berikutnya. Di Pulau penyengat  terkenal dengan banyak kuburan para raja dan pembesar Riau di masa lalu. Jadi, wisatanya merupakan wisata sejarah.
Salah satu makam yang kami kunjungi adalah makam pahlawan nasional yang lain yang juga  Raja melayu riau. Namanya Raja Haji Fisabililah. Beliau adalah pahlawan dalam perang laut melawan Belanda.

enurut cerita yang gue dengar, mitosnya kuburan Raja haji Fisabililah itu  keramat. Suasana makamnya agak mistis dan terasa aura lain. Gue sih gak percaya begituan. Itu syirik namanya. Orang yang sudah meninggal tidak bisa memberikan syafaat, berkat atau semacamnya. Justru, mereka meminta doa dari orang yang masih hidup seperti kita.
Setelah dari makam kita melewati istana kantor. Tempat itu dulunya adalah  tempat kerjanya raja Ali Haji. Sayangnya tempat itu tidak  buka. Dari luar gue lihat tempatnya kurang terawat. Puas  berkeliling  di tengah pulau, bentor membawa kami ke pesisir pantai. Di sana terdapat  Balai Adat Melayu Riau
Bentuknya seperti rumah panggung. Di dalamnya ruangan lepas yang disangga tiang-tiang.  Terdapat tiga pelaminan di  ujung ruangan. Biasanya digunakan orang Pulau Penyengat yang meyelenggarakan pesta pernikahan. Di  dinding sisi kiri dan kanan ruangan terpajang foto-foto raja melayu riau beserta dengan tahun pemerintahan
Sebelum  mengunjungi  masjid Sultan Riau,  lebih baik  mengisi perut dulu. Bapak tukang bentor merekomendasikan  tempat makan enak. Gue lupa namanya tapi lokasinya tak jauh dari Balai Adat. Di lokasi itu kita bisa melihat reruntuhan istana Raja Melayu Riau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar